Tuesday, March 20, 2018

KULIAH ITU GAK PENTING!!!




Assalamu’alaikum.Wr.Wb.

Seperti judul yang telah kalian baca, Disini saya akan membahas kenapa saya menganggap “ KULIAH ITU GAK PENTING!!! “. Mungkin diantara kalian ada yang masih bertanya – tanya. Apakah benar kuliah itu gak penting? Apakah benar kuliah itu hanya buang – buang uang dan waktu? Apakah benar kuliah itu termasuk Bid’ah? Apakah benar kuliah itu tidak sesuai Budaya Jawi? Apakah benar kuliah itu menyebabkan Global Warming? STOP!!! sampai di pertanyaan itu saja ya.. makin ngaco soalnya..
Oke lanjut, Mengapa saya menganggap Kuliah itu gak Penting? Banyak sekali yang tanya kepada saya, kamu pinter kok kamu gak kuliah sih? Saya jawab saja dengan bercanda, “Justru  orang pintar mah gak usah kuliah, kan udah pinter? Apalagi yang mau dipelajari.. hayoo..? “. Ya emang gitu, orang pintar mah gak perlu kuliah, karena orang pintar minumnya TolakBALA.. ( njiirr.. malah ngiklan..) dan kalau ngomong soal kepinteran nih, bukannya mau sombong. Sejak eSDeh saya selalu peringkat satu terus, SUMPAH!!!  Bahkan saking seringnya dapet nilai 100, saya pernah jawab asal – asalan cuma pengen dapet nilai nol. Mungkin bagi orang lain dapet nilai 100 itu membanggakan, tapi bagi saya dapat nilai 100 itu membosankan. Makanya saya sampai jawab asal – asalan padahal aslinya emang sudah tahu bahwa jawabannya itu bukan itu. ya hanya untuk menghilangkan rasa bosan saja sih. Ada rasa kepuasan tersendiri saat saya memperoleh nilai nol. Dan itu true story, saya gak bohong.
Begitu masuk eSeMPeh, saya agak kalah dengan murid pinter lainnya. Saya paling baik itu masuk 5 besar. Itupun karena saya nyogok gurunya. ( nggak ya.. ) 3 tahun saya cuma mentok di 5 besar, pernah sekali saya terlempar ke peringkat ke- 7 dan seketika saya mendapatkan rudal nuklir dari Emak saya. padahal nomer 7 kan bagus loh, nomernya Cristiano Ronaldo. Tapi Emak saya tidak menyukainya, ya positif thinking saja, bahwa Emak saya lebih suka anaknya seperti Gianluigi Buffon yang nomernya punggungnya 1. Setelah kejadian itu, saya semakin giat belajar. tapi ya susah banget untuk menggeser si peringkat satu, namanya Ertiana Safitri. Dia sangat cerdas sekali, saking cerdasnya setiap hari dia baca buku. Setiap disuruh maju ngerjain tugas dia selalu yang pertama. Dia selalu dapat menjawab pertanyaan yang sulit yang mungkin saya dan temen – temen saya gak bisa jawab. Saya mengira dia itu memiliki otak yang ganda, sebab cerdas banget gitu. Saya sangat ingin mengalahkan kecerdasan dia. Sampai akhirnya saya dapat mengalahkan dia di Ujian Nasional, awalnya saya gak nyangka saya bisa mendapat peringkat satu pararel ( satu sekolahan ). Tapi saya sadar, bahwa kerja keras akan selalu membuahkan hasil. Perlu diketahui bahwa sebelum Ujian Nasional berlangsung, saya belajar siang dan malam tanpa henti. Saya bisa belajar 3 kali sehari, udah kayak minum obat sakit panu. Ya karena saya bukan tipe murid yang suka belajar setiap hari. Saya belajar ketika mau Ulangan, Tes, Ujian, dan satu lagi, Saat Emak lagi ngerjain tugas Ibu rumah tangga ( biar gak disuruh bantu.. hehehehe.. )
Pada akhirnya belajar saya membuahkan hasil, saya mendapat Peringkat Terbaik di sekolah. Namun sayangnya saat pengumuman kelulusan saya gak bisa hadir, dikarenakan saya saat itu sedang bekerja. Memang tak terlintas dipikiran saya dan orang tua saya bahwa saya akan mendapatkan Peringkat Ke- 1. Karena itu sangat mustahil, tapi ketahuilah bahwa tidak ada yang mustahil di Dunia ini. Akhirnya sekolahan saya, yakni SMP Negeri 1 Brati tahu bahwa Peringkat Satu UN- nya tidak berniat melanjutkan sekolah, maka Sekolah itu mencoba membujuk saya agar mau melanjutkan lagi sekolah dengan diberi beasiswa gratis. Awalnya saya nolak – nolak gitu, sok jual mahal tapi pada akhirnya mau juga. Lha wong gratis kok! Enak kan jadi orang pinter? Hehehe..
Setelah negosiasi yang cukup alot antara saya dan pihak sekolah akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah lagi di SMK PGRI Brati. Dengan agak terlambat, saya masuk sekitar sebulan lebih telat dari peserta didik lain. Namun karena otak saya yang lumayan cerdas, saya mampu mengejar ketertinggalan itu. dan di eSeMKa pun saya punya saingan berat, namanya Igul Setianingsih. Dia juga murid terpandai di SMP- nya dulu. Saya gak ngerti apakah dia kembaran dari Ertiana atau bukan?. Yang jelas, otak mereka berdua sangat cerdas. Bahkan ibarat mesin motor, mungkin otak mereka sama dengan motor yang digunakan Valentino Rossi. Sangat cepat sekali bagi mereka untuk memahami pelajaran. Beda dengan saya, saya paham pelajaran itu tergantung gurunya. Kalau saya suka dengan gurunya, 99,99 % saya bisa dengan mudah paham dengan yang beliau sampaikan. begitupula sebaliknya jikalau saya kurang suka dengan guru itu, saya akan kesulitan untuk mencerna pelajaran yang beliau berikan. Yang terbayang di pikiran saya, kapan pelajaran dari Pak …. (anu ) selesai ya? Gorengan di kantin enak kayaknya nih? Itu adek kelas cantik juga ya? Kenapa kumis Kepala Sekolah makin tebel aja udah kayak karpet mushola yak? Aneh – aneh pokoknya yang saya pikirkan. Belajarpun menjadi gak konsentrasi.
Singkat cerita, saya juga bersaing dengan si Igul ini. Kadang dia peringkat satu, kadang saya. Kejar – kejaran udah kayak maling kepergok warga. Namun ada peristiwa dimana saya bisa mendapat peringkat satu dengan mudah, yaitu saat Igul kecelakaan kemudian Meninggal Dunia. Saya sangat sedih kehilangan sahabat terbaik saya. Tapi mau gimana lagi? Kematian sudah ada yang ngatur. Dan secara otomatis saya menduduki peringkat satu tanpa perlu bersaing lagi. Sungguh hal yang kurang mengenakkan, mendapat peringkat satu tanpa bersaing itu Ibarat saya ikut lomba renang, saya sudah berenang sampai ujung, temen temen yang lain masih ganti baju di ruang ganti. Kan gak seru? Dan saya mengalami itu selama sekolah di SMK itu. dan saya dinyatakan Lulus dengan peringkat terbaik di sekolah untuk kesekian kalinya.
Banyak dari guru – guru yang menyarankan saya untuk melanjutkan lagi ke bangku kuliah. Namun saya gak tertarik sedikitpun untuk kuliah. Seperti judul yang diatas tadi, saya menganggap bahwa kuliah itu adalah hal yang gak penting, Hal yang mubazir uang, mubazir waktu. Mungkin ada yang keberatan saya bilang seperti itu? karena pada dasarnya orang pintar itu gak butuh kuliah.
 kalian tahu Albert Einstein? Beliau bahkan pas SMP gak lulus, Tapi beliau menjadi salah satu tokoh ilmuan Dunia. Beliau memutuskan putus sekolah dikarenakan menurutnya sistem pendidikan yang beliau pelajari tidak sesuai, makanya beliau memutuskan untuk keluar dari sekolah. Banyak juga pengusaha ternama yang memutuskan berhenti kuliah / tidak kuliah karena ingin meniti karirnya, sebagai contoh Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Beliau memutuskan keluar dari Universitas karena ingin mengembangkan Facebook. Dan nyatanya berhasil, dia menjadi salah satu orang milyarder di Dunia karena facebook. Masih ada juga, Bill Gates, Lord Gabe, dll.. ( cari di gugel : orang – orang sukses yang tanpa kuliah )

Ah.., itu semua orang luar negeri, emang orang Indonesia ada?

ADA!!! Menteri Kelautan & Perikanan kita, Ibu Susi Pudjiastuti hanya tamatan SMP. Tapi prestasi beliau di dunia laut sudah tidak bisa diremehkan lagi. Beliau juga mendapat gelar Doktor dari salah satu Universitas di Semarang. Bayangkan? Tanpa kuliah pun Ibu Susi bisa melakukannya.
Lalu muncul banyak pertanyaan di benak kalian,

Jika semua orang memiliki pemikirannya seperti saya, Indonesia gak akan maju!!!

Lah? Penentu Negara maju apa tidak bukan banyaknya jumlah mahasiswanya, tapi banyaknya jumlah pengusaha yang bisa meningkatkan pendapatan ekonomi rakyatnya. Dan menjadi pengusaha gak harus kuliah. Banyak pengusaha yang latar belakangnya tamatan SD, SMP, SMA/ SMK. Saya pernah lihat berita lulusan SD asal Indonesia jadi milyader karena ternak sapi. sedangkan banyak juga lulusan Sarjana yang nganggur. Lebih mulia mana?

Kemampuan kita gak akan berkembang jika hanya tamatan SMA/ SMK!!!

Kata siapa? Coba lihat berita di televisi, banyak sekali siswa – siswi SMA/ SMK yang berhasil menciptakan / menemukan sesuatu. Pernah denger kan ada siswa SMK bikin robot, motor, bensin dari limbah plastik, dll.. mereka itu masih SMA/SMK lho, bukan dari kalangan mahasiswa.
Coba lihat juga berita di televisi, yang sering Demo? Mahasiswa kan? Iya gak? saya gak pernah dengar berita bahwa siswa SMK Demo karena ingin harga LKS turun, gak pernah!!!  Atau anak SD Demo karena ingin uang sakunya nambah? Gak pernah!!!

Bagaimana saya mewujudkan cita – cita saya jika standarnya adalah S1, tanpa kuliah?

Itu memang permasalahan di Pemerintah kita sih, kenapa ada jenjang profesi tertentu yang mengharuskan Lulusan S1 sebagai syarat utamanya? Sebagai contoh, Guru, PNS, Perawat, Administrasi, dll..
Kenapa harus lulusan S1? Apa bedanya Lulusan S1 dengan Lulusan SMA/ SMK? Toh jika diberi pendidikan pelatihan, kualitasnya pun gak jauh beda? Kenapa kita mau mencapai cita – cita harus S1 dulu? Kenapa gak diberi Kursus Pelatihan saja? Toh kinerjanya juga sama kan? Contoh, andai Ada Pegawai Negeri dari lulusan S1 dengan Pegawai Negeri lulusan SMA/ SMK, apakah kelihatan bedanya gitu? Mungkin dari segi pelayannya terhadap masyarakat beda gitu?  Kalau Pegawai lulusan S1 melayani masyarakat dengan lemah lembut, sedangkan Pegawai lulusan SMA/ SMK melayani dengan loyo, grusa – grusu, gemeteran. Kan nggak to? Semua tergantung dari individunya. Karena banyak juga pegawai yang merasa lulusannya tinggi justru kelihatan songong di hadapan masyarakat. Padahal sudah sepatutnya mereka melayani masyarakat, bukan cuma untuk pamer atas jabatan yang diemban.

Tanpa kuliah kita gak bisa memegang bisnis keluarga!!!

BISA!!! Kalau ada kemauan, pasti bisa. Cara memanajemen sebuah bisnis bukan ditemukan saat kuliah saja, tapi juga bisa ditemukan sehari – hari. Cara kita menyikapi suatu masalah, cara kita menyikapi bos, cara kita menemukan jalan keluar, akan lebih mudah kita peroleh jika kita punya pengalaman. Contoh, pernah bekerja di Perusahaaan A, pernah juga di Perusahaan B, C dan seterusnya. Jadi memanagemen bisnis tidak melulu harus dari kuliah. Belajar dari orang yang dirasa tepat juga bisa, bagaimana dia menghadapi situasi seperti ini? Bagaimana jika ada masalah perusahaan yang seperti ini. Belajar itu perlu, tapi gak harus kuliah juga kan?

Berarti saya membenci orang yang kuliah/ Mahasiswa?

TIDAK!!! Saya tidak membenci orang yang kuliah/ Mahasiswa. Banyak sekali teman saya yang kuliah, teman saya di SMP dulu misalnya, kalau saya membenci mereka? Habis saya, gak punya teman lagi. Klontang – klantung sendirian kayak orang gila. Saya menghormati keputusan mereka karena pada dasarnya pemikiran orang berbeda – beda. Saya juga masih dekat dengan mereka. Bukan karna dia Mahasiswa dan saya bukan Mahasiswa, lantas saya mengucilkan dia di lingkungan masyarakat? BUKAN!!! Saya tak punya hak untuk mengatur hidupnya. Saya tetap berhubungan baik dengan mereka sama halnya kita mengesampingkan perbedaan Suku, Ras, dan Genre Musik favorit masing – masing.

Lalu Mahasiswa yang seperti apa yang saya benci?

Yang suka bolos kuliah, yang ngemis – ngemis uang kuliah sama orang tuanya tapi cuma buat gengsi  - gengsinan, yang maksain kuliah tanpa mikir biaya hidup semakin susah, yang kuliah karena paksaan orang tuanya, yang suka nongkrong pas jam masuk kuliah. Yang suka mengkritik Pemerintah tapi tanpa ngasih solusi dan biasanya Demo berujung anarkis. Apaan coba?

Mungkin saya tidak kuliah karena saya kurang mampu, apakah jika saya anak orang kaya 
saya akan kuliah?

TIDAK JUGA!! Saya justru akan memaksimalkan potensi diri saya di bidang usaha / bisnis keluarga daripada kuliah. Belajar terbuka terhadap lingkungan bisnis dan pasar ekonomi.

Mahasiswa yang seperti apa yang saya senangi?

Yang rela kerja part-time demi membiayai kuliahnya agar tidak merepotkan orang tua, yang mendapat beasiswa untuk kuliah dengan belajar sungguh – sungguh untuk mewujudkan impiannya. Saya mengacungkan dua jempol untuk semua itu.

Jika tanpa kuliah, apakah belajar 12 tahun itu juga gak penting?

SALAH!!! Justru mutu pembelajaran selama 12 tahun itu harus ditingkatkan, kita harus memaksimalkan mungkin potensi siswa agar kelak begitu lulus, siswa / siswinya sudah langsung siap kerja, siap terjun di bidang usaha, siap menghadapi persaingan Pasar Dunia. Syukur – syukur sudah memiliki keahlian khusus untuk modal dia dimasa depan.

Itu semua untuk orang pinter, orang bodoh perlu kuliah berarti?

GAK JUGA!!! Pinter dan tidaknya seseorang tidak mempengaruhi perlu atau tidaknya untuk kuliah. Jika dirasa kurang bermanfaat, ya gak usah kuliah saja. Itu hanya pandangan hidup. Kita sendiri yang menjalaninya juga bukan?

Saya kelihatanya sok pinter banget, emang udah menghasilkan apa?

Saya sangat bersyukur diberi otak yang agak encer oleh Allah SWT. Tapi saya gak pinter – pinter amat, masih banyak yang lebih pinter dengan saya. IQ saya saja cuma 106. ya, meskipun waktu ngerjain tes IQ cuma jawab asal sih. Soalnya pas tes IQ soalnya sekian ratus hamper sama semua. Gila!!! Ini antara tes IQ sama pembuat soalnya males bikin soal beda tipis nih. Saya jawab yang sekiranya jawabannya seperti yang tadi ya saya jawab lagi. Karena di tes IQ kita gak boleh nyontek orang lain. Cuma ada aja teman saya yang G*blok sih, ngerjain tes IQ malah nyontek temennya sebangku. Katanya takut kalau disuruh remidi. Apaan sih?

Lalu apa yang sudah saya hasilkan? Jujur saya belum menghasilkan apa – apa sih. Saya belum terjun di dunia usaha. Pengen banget saya sebenarnya jadi wirausahawan. Namun keberanian saya masih kurang, saya masih takut kalau usaha saya itu gulung tikar (* emang jualan tikar sih.. hehehe)
Namun ketika dibutuhkan tenaga saya, pemikiran saya dengan senang hati saya siap kok. Permasalahannya belum ada aja jembatan yang menghubungkan saya dengan sebuah keberhasilan.
Saya pernah nyoba untuk jadi youtuber, tapi juga susah ngangkatnya. Saya pernah ikut audisi Stand Up Comedy tapi gak lolos ( ini akan saya ceritakan kapan – kapan..)

Setidaknya saya sudah berani mencoba, walaupun hasil yang saya peroleh belum sesuai keinginan.
Dari semua yang saya tulis ini, mungkin banyak anak kuliahan yang dendam dengan saya. It’s Okay.. I’m Right.. tapi saya cuma ingin menekankan, kuliah juga tidak selamanya buruk serta orang yang gak kuliah bukan berarti gak berpendidikan. Itu cuma masalah ideologi saja sih. Jangan dibawa santai!!! *eh.. serius deng.. :D dan perlu diketahui, Belajar itu tak perduli dimanapun, dengan siapapun dan kapanpun. Asal kita mau berfikir itulah yang dinamakan belajar.

Terima kasih sudah mampir, matur nuwun..

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.
 

1 comment:

Unknown said...

Mendingan gue nikah dari pada kuliah wkwkwkwkwkwk

JANGAN PILIH LAKI – LAKI BAIK…!!!

  JANGAN PILIH LAKI – LAKI BAIK…!!!     Jika kamu kebetulan membaca ini, entah melalui perantara apapun itu.  PERCAYALAH.. Anda adalah o...