Masa SMP saya dimulai sekitar tahun 2011. Saat itu saya
masih berumur 12 tahun lebih setengah abad deh. Hehehe... saya masih ingat saat
itu saya masih lucu – lucunya. Masih kayak anak panda yang baru saja lahir dari
rahim singa. Entah kenapa sejak SD dulu dandanan saya bisa dibilang cupu.
Dengan baju yang dimasukkan ke celana, rambut klimis rapi hasil dari minyak
jelantah, dengan sepatu hitam bergambar Master Limbat yang lagi dikubur hidup –
hidup, Pokoknya culun banget. Tapi itu cuma penampilan, soal tingkah laku sudah
sejak SD memang sudah pecicilan. Apalagi kalau pas jam olahraga terus temen –
temen ngajak main barbie Sepak
Bola. Saya pasti langsung disuruh jadi pemain depan. Ada dua tugas yang diemban
oleh pemain depan, yaitu mencetak gol ke gawang lawan dan mengajak ngobrol kiper
lawan. Nah, kebetulan saya kebagian tugas yang kedua. Tapi jangan salah,
setelah saya ajak ngobrol dengan otomatis kosentrasi sang kiper pun menjadi
buyar. Sehingga ada bola yang mengarah ke gawangnya pun ia tidak peduli. Tugas
yang saya emban bukannya mudah, karena kita harus pandai mencari topik
pembicaraan yang up to date agar sang kiper tertarik. Apalagi kalau dikasih
bumbu – bumbu sensasi seperti acara gosip di Tv – Tv. Dan jika kebetulan saya
yang mencetak gol. Saya diarak temen temen keliling desa. Menemui pak RT, pak
RW, pak Kepala Desa sebelum pada akhinya saya dibuang ke Hutan. Hehehehe..
Kebanyakkan orang sudah melupakan masa SMP nya. Namun tidak
dengan saya, saya ini ANAK DESA ANTI MAINSTREAM. Saya
tidak akan mengikuti kebiasaan yang dilakukan orang – orang biasa. Saya masih
mengingat masa SMP saya karena pada saat SMP lah saya mengalami yang namanya
jatuh cinta untuk pertama kalinya. Saat itu saya masih kelas 7, masih polos –
polosnya. Masih anak kecil yang suka narik ingus masuk ke hidung lagi. Kalau
ingusnya susah ditarik, ya dibersihkan pakai lidah. Uhhh.. rasanya hampir sama
dengan royco rasa kaldu ayam.
Saya saat itu naksir dengan temen cewek sekelas saya. dia
rambutnya panjang, diikat satu di belakang, kulitnya putih kayak kena penyakit
panu sekujur tubuh, dan yang terpenting wajahnya imut kayak boneka barbie.
Namanya LUKMAN (nama samaran). Entah kenapa setiap saya melihat dia rasanya ada
yang muter musik di kepala saya. Setiap melihat dia tersenyum, rasanya seperti
melihat gunung anak krakatau merantau ke Sulawesi, seneng banget pokoknya.
Melihat dia jalan, saya cuma bisa melongo. Apalagi kalau rambut panjangnya tadi
berkibar – kibar, sontak tangan kanan saya hormat sambil nyanyi lagu Indonesia Raya.
Pada intinya, saya sangat mengagumi dia. Dan saat itulah saya merasakan yang namanya jatuh cinta.
Pada intinya, saya sangat mengagumi dia. Dan saat itulah saya merasakan yang namanya jatuh cinta.
Saya ingat saat kelas saya disuruh jadi petugas upacara
untuk yang pertama kalinya. Dan kebetulan saya dan dia sama – sama ditunjuk
untuk jadi petugas upacara. Pada saat itulah, akhirnya saya bisa ber-sebelasan
dengan si LUKMAN (nama samaran). Ya karena saat itu petugasnya ada sebelas
orang. Saat itu saya disuruh jadi penjemput pembina upacara. Dan dia yang
membaca teks janji siswa. Kebetulan, tempat kita berdiri itu berdampingan.
Uhhh.. rasanya kayak ada angin sepoy – sepoy menghampiri jiwa ini. Entah
kenapa, muncul satu orang dari belakang menggeser posisi si Dia. Jadi si
kampret ini berada diantara saya dan si LUKMAN ( nama samaran). Ternyata dia
ketua kelas kita. Badannya tegap, tinggi, besar, kulitnya hitam,pakai seragam
lengkap. udah mirip genderuwo habis ikut seleksi ketua OSIS lah. Entah kenapa,
yang tadi fokus saya ke si LUKMAN (nama samaran) kini berganti ke sang ketua
kelas kampret ini. Meski pandangan saya terhalang oleh kampret ini, sesekali
saya mencuri pandangan ke si LUKMAN (nama samaran). Melihat keringatnya
menetes, ingin sekali rasanya saya mengusapnya dengan tisu. Dan saat saya
memandangi si LUKMAN (nama samaran) , saya melihat keringat si ketua kelas
kampret ini juga bercucuran, ingin rasanya saya mengusapnya dengan karung goni
basah. Agar muka si ketua kelas ini tidak hangus terbakar. Suara lantang sang
ketua kelas ini terdengar sampai sanubari,seiring dengan itu bau keteknya pun
mulai mengendus lubang hidung saya. Namun karena saya kalah tinggi, saya cuma
bisa diam sambil nunggu giliran untuk latihan. Lama – kelamaan hidung saya
mulai bereaksi terhadap gas beracun dari ketek si ketua kampret ini. Kepala ini
mulai pusing, pandangan menjadi kabur, perut terasa ingin mual – mual. Dan seketika
muncul petanyaan di kepala, “ Apakah saya
hamil? “ eh.. bukan. Muncul pertanyaan
“ Apakah ini karena hidung saya
terinfeksi oleh bau ketek si kampret ini ya? ” mungkin karena nyium bau ketek si kampret
ini sehingga latihan 2 jam serasa kayak 350 tahun dijajah Belanda.
Seiring panas terik matahari yang seakan akan membuat otak kita
ini meleleh. Tak berselang lama, wali kelas pun menyuruh kita untuk bubar. Akhirnya
kita semua masuk ke kelas, kecuali si ketua kelas kampret. Dia masih sibuk
dengan wali kelas. Maklum biarpun si ketua kelas kampret ini KAMPRET , tapi dia adalah salah satu
murid terpandai di PLANET Kelas
saya. Maka tidak heran kalau dia dekat dengan para guru di sekolahan.
Bersumbang...
Bersumbang...
No comments:
Post a Comment