Entah kenapa saya bisa bertahan sampai berabad – abad dengan
status JOMBLO ini. Saking lamanya saya menjomblo membuat saya menjadi manusia
yang acuh terhadap lawan jenis. Bukan berarti saya itu Homo atau penyuka sesama
jenis, hanya saja ada kecenderungan untuk berhati – hati terhadap lawan jenis.
Mungkin itu juga yang menjadi alasan utama mengapa sampai saat ini saya masih
sendiri. Saya masih merasa nyaman dengan kesendirian yang sudah saya alami dari
jaman Hong sampai jaman Heng. Saking lamanya saya menjomblo, saya sampai lupa
tahun berapakah terakhir kalinya saya kenal dengan seorang cewek. Mungkin sejak
kalender hijriah dibuat saya juga sudah jomblo. Saya rasa itu sudah lama
sekali. Bahkan rongga hati ini rasanya itu hampa dan kosong. Rongga hati saya
yang mungkin hanya terisi oleh sarang laba – laba dan kotoran tikus. Yang terpenting
bukan tikus kantor yah.
Kehati – hatian saya dalam menentukan pilihan pada lawan
jenis memang menjadi batu sandungan yang begitu besar bagi kisah asmara saya. Saya
sering sakit kepala, mual – mual, masuk angin, dan sariawan dikarenakan tidak
adanya tempat untuk hati ini berlabuh. Semua itu seringkali mengganggu pikiran
dan jiwa saya. Dalam hati selalu bertanya, “ Apakah saya akan jomblo selamanya?
‘’ , “ Apakah saya lelaki tulen? “ , “ Apakah lebih menyukai pria berbadan
kekar timbang seorang cewek? “. Pertanyaan itulah yang muncul saat saya melihat
ada dua makhluk kampet yang sedang pacaran
di tempat umum. Dua kampret ini seenak jidatnya saja mesra – mesraan di tempat umum. gandengan tangan, pelukan, ciuman, yang cowok
giginya maju, yang cewek pakai behel
gigi lagi. Udah pasti, satu ronde ciuman kayak gasing lagi diadu. BLETAKKK!!!
Belum lagi yang pacarannya milih di tempat gelap. seperti di
semak – semak, kuburan, bawah pohon, Planet Pluto. Pokoknya tempat yang jarang
dijamah manusia lah. Apa mereka tidak takut pas pacaran di kuburan, terus ada
pocong muncul gitu. Terus si pocong malah ngiler. Soalnya semasa hidupnya si
pocong jarang diberi perhatian oleh pacarnya. Dan ia meninggal pun bukan karena
gantung diri tetapi meninggal karena digantungin perasaan dan harapannya. Atau
apa mereka tidak takut lihat mbak kunti nangis karena ditinggal mas uwo yang merantau ke negeri orang. Harusnya mereka
memikirkan itu juga. Karena bagaimanapun setan juga manusia, punya rasa punya
hati.. jangan samakan dengan.. pisau belati.. yeaahhh.. (*maaf malah nyanyi..)
Saya masih takut untuk menjalin hubungan pacaran karena
dalam konsep pacaran, CEWEK SELALU BENAR. Dan SEBENAR APAPUN COWOK, CEWEK YANG
PALING BENAR. Dua konsep ini yang sering menghantui pemikiran ini. Saya sering
melihat ketika dua orang yang pacaran berantem pasti akan ada dua hal
kemungkinan. Kalau tidak putus, ya cowoknya yang mohon – mohon agar tidak
diputusin. Dan itu NYATA!!!
Ketakutan saya bukan berarti saya menjauh dari cewek –
cewek. Saya tetap berkomunikasi dengan mereka walau tanpa menaruh perasaan pada
mereka. Saya masih nyaman bersenang – senang dengan teman kampret saya. Ya
meskipun mereka ngeselin tapi mereka yang selalu ada disaat saya susah. Dan yang
terpenting mereka juga jomblo. Jadi ketika kita berkumpul, mungkin kita bisa
membuat Partai Politik. Mungkin namanya Partai Jomblo Indonesia, atau mungkin
Partai Jomblo yang Berbakti Pada Nusa dan Bangsa. Misi partai ini bukan
mensejahterakan rakyat, tapi mensejahterakan kaum jomblo dengan menegakkan
#INDONESIATANPAPACARAN. Saya yakin, negara ini membutuhkan partai yang seperti
ini. Mungkin akan banyak kader – kader serta simpatisan partai berasal dari
orang yang habis diputusin, habis cerai, habis berantem, cakar – cakaran, jewer
– jeweran. Semua bergabung untuk Indonesia yang lebih baik. Semoga itu semua
dapat tercapai secepatnya.
Saya memang pernah dekat dengan cewek, sejak jaman Esdeh
malahan. Cuma pas Esdeh belum ngerti tentang pacaran – pacaran gitu. Ada nama
saya dijodohin sama cewek ditembok saja langsung saya coret – coret. Tidak seperti
anak Esdeh jaman sekarang, udah pacaran pamer kemesraan di sosmed. Eh kampret,
kencing saja masih dipegangin tangan gak usah belagu pacaran lah. Uang jajan
juga masih minta orang tua gaya – gayaan pacaran. Belum lagi sama anak EsemPeh
nya, baru EsemPeh udah pacaran berkali kali. mantannya udah dimana – mana. Mantan
banyak mau untuk apa dek? Kader partai saya tadi. Ya maksudnya belajarlah yang
bener, baru pacaran. sekarang mah kebalik, pacaran yang bener baru deh gak usah
belajar. Belum lagi yang udah EsemAh, pacarannya udah brutal. Diboncengin naik
motor , megangnya erat banget. Saking eratnya, nunggu petir dulu baru bisa
lepas. Bolos sana sini, mesra – mesraan di warnet bahkan banyak yang putus
sekolah karena hamil diluar nikah. Mungkin menurut mereka hamil diluar nikah
lebih baik daripada hamil di luar Angkasa. Kasihan bidannya kan, harus kursus
jadi Astronot dulu. Belum lagi pas persalinannya malah listrik di Neptunus
padam. Sekarang siapa yang harus disalahkan? PLN lah.. kenapa bisa listrik
padam saat persalinan? Bayinya udah mau keluar akhirnya masuk lagi karena takut
gelap.
Ya itulah yang membuat pacaran seperti momok yang menakutkan
bagi saya. Meskipun saya tidak bisa pungkiri saya juga pernah pacaran. Saya pacaran
di tahun 2016, dan berlangsung hampir lama sih, sekitar 30 hari. Tapi hal ini
tidak perlu saya ceritakan. saya takut dilabrak oleh mantan saya, karena tidak
menjadikannya kader partai.
BERSUMBANG...