Tidak bisa dipungkiri bahwasanya saya ini lahir dengan
keadaan minimalis ( Dibaca : Kontet ). Ya mungkin bayi – bayi biasa lahir
paling dengan panjang 30-40 cm. tapi saya ini beda, saya lahir dengan panjang
seukuran botol minyak telon.. *yang cap Badak yah..
Dan saya tumbuh diantara bayi – bayi tinggi lainnya.
Sehingga ketika ada ajang pencarian bakat disalah satu stasiun TV ( Kalo gak
salah namanya IMB = Indonesia Mencari Bayi ) saya gagal lolos audisi
dikarenakan tinggi badan saya kurang. Saat itu juga saya mengalami despresi
berat, disaat bayi – bayi lain sudah menggapai cita – citanya, saya cuma disini
meratapi semua kegagalan yang saya alami. Bayi – bayi lain di desa sudah jadi
macem – macem, ada yang jadi polisi, tentara, guru, bahkan jadi pengasuh bayi (
* bayi momong bayi). Saya merasa menjadi bayi yang gagal. Saya merasa kalau
saya ini cuma sampah masyarakat. Saya tidak bisa membanggakan kedua orangtua,
keluarga, dan Rakyat Indonesia tentunya. Karena kegagalan saya ini, saya sering
diejek oleh bayi lain. Misalnya waktu saya beli es cendol di tukang bakso (
Tukang bakso juga jualan es Cendol), terus ada bayi yang seumuran saya yang
sudah menjadi Kepala Desa di desanya itu melihat saya. Dia terus menatap saya
dengan tatapan merendahkan. Sepertinya dia sedang bicara dalam hati seakan lagi
mengata – ngatai saya. Dia masih terus menatap saya dan saya hanya bisa
menunduk. Tiba – tiba terlontar sebuah kalimat dari mulutnya,
DASAR BAYI MISKIN!!!
Dia menghina saya di depan tukang
bakso, saya cuma bisa diam dan pulang ke rumah. Tiba – tiba tukang bakso
menepuk punggung saya, dia marah karena cendol yang saya beli belum saya bayar.
Dia juga menagih hutang – hutang saya. Waduhhh, saya cuma bisa pasrah dan tak
bisa apa - apa.
Saya pun hanya berdiam diri di rumah. Saya benar – benar
merasa menjadi Bayi yang gagal. Sering sekali bayi – bayi di desa ngomongin
saya, apalagi kalau lagi ngumpul di tempat tukang sayur. Mereka sering banget
membicarakan kegagalan saya menjadi bayi. Ya mau gimana lagi? Ini sudah menjadi
garis dari Yang Kuasa, saya lahir dengan tubuh pendek.
Sampai akhirnya saya merasa saya harus berdamai dengan diri
saya sendiri. Gakpapa pendek yang penting saya bukan koruptor, saya juga tidak
pernah membuat orang lain susah. Salah satu contohnya, saya kalau beli bakso
gak pernah minta untuk tambah pedes, saya gak pernah nawar barang kalau belanja
di supermaket, dan yang terpenting saya gak pernah ngirim sms penipuan ke
siapapun, palingan saya ngirim sms ke nomer saya sendiri.
SELAMAT ANDA MENDAPATKAN SATU BUAH SMS DARI SAYA SENDIRI,
Blaa… blaaa.. blaaa.. blaa..
Ya setidaknya saya tidak menyusahkan orang lain, siapapun
itu. Sekarang saya mulai menjadi orang yang aktif, saya mulai mencari pekerjaan
sesuai kemampuan saya ( meskipun saya tidak mempunyai kemampuan ). Saya giat
untuk mengirim lamaran ke perusahaan – perusahaan di kota. Ya meskipun kerja di
kota itu resikonya besar, sebesar gunung Jaya Wijaya di Tanah Papua. Banyak
resiko yang harus saya hadapi saat di kota, salah satunya ditilang pak polisi
karena mengendarai kendaraan tapi belum cukup umur (*padahal saya naik sepeda
roda tiga), saya juga pernah salah jalur, jalur busway saya pakai untuk jalur
kereta api, tapi bukan saya yang ditilang tapi masinisnya.
Tapi mau gak mau harus saya jalani semua ini, sampai
akhirnya saya mendapat panggilan interview di salah satu perusahaan. Saya
kemudian bergegas menuju ke perusahaan untuk bertemu dengan pimpinan
perusahaan. Sesampainya disana sana saya tidak bertemu siapapun, bahkan
bangunannya pun kosong. Nampaknya saya sedang kena tipu daya Syaiton. Akhirnya saya pulang dengan
rsa kecewa yang mendalam, saya pulang harus jalan kaki sejauh 9 meter. Ternyata
perusahaan bohongan tadi di samping rumah saya. Hehehehe..
Saya kemudian mandi dan berencana untuk ikut seleksi pemadam
kebakaran, kebetulan di kota saya sedang ada seleksi Anggota Pemadam Kebakaran
untuk balita. Saya sangat tertarik, siapa tahu kali ini saya dapat diterima.
Selesai mandi saya pun menuju ke tempat seleksi damkar. Masih terlihat sepi
sekali tempatnya. Saya datang paling awal, kemudian ada balita muncul dari
kejauhan, nampaknya dia juga akan ikut seleksi. Semakin dekat, saya sepertinya
tidak asing dengan wajah balita ini. Saya perhatikan lagi dengan seksama dan
dalam tempo yang sesingkat – singkatnya. ( wakakaka, malah teks proklamasi).
SIAL!!! Dia itu si Kepala desa kampret yang menghinaku saat
beli es cendol kemarin. Sedang apakah dia kesini? Tanya saya dalam lubuk hati
yang terdalam.
Si Kepala Desa kampret ini pun menghampiri saya, lalu dia
berkata,
BAYI MISKIN MAU IKUT SELEKSI JUGA? GAK BAKAL KETERIMA?
LAGIAN TINGGI KAMU CUMA 50 CM, KALAU MAU JADI ANGGOTA PEMADAM KEBAKARAN
TINGGINYA HARUS 51 CM, KAMU TAHU KAN?
Saya cuma diam, dalam hati saya “ Yaelah, cuma kurang
sesenti juga..”
Setelah menunggu lama, dan harus berhadapan dengan bayi
kampret ini, akhirnya Panitia Penyelenggara mengumumkan jumlah pesertanya. Saya
heran, kenapa cuma saya dan si kampret ini yang ada disini. Dan ternyata memang
hanya kita berdualah peserta Seleksi Anggota Damkar nya.
SIAL!! KENAPA HARUS BERSAING LAWAN SI KAMPRET INI SIH? (
gunam saya dalam hati )
Akhirnya tes Seleksi pun dimulai, tes pertama adalah tes
fisik dan kesehatan. Kita harus 300 kali memutari lapangan. * lapangan catur..
Tes ini menurut saya mudah, saya dapat dengan mudah memutari
lapangan caturnya dengan mata tertutup. Tapi berbeda dengan saya, si Kepala
Desa kampret ini malah menganggap enteng tes pertama ini, dia memutari lapangan
sambil merokok. Kita semua kan tahu, bahwasanya memutari lapangan catur sambil
merokok itu perbuatan ilegal. Tapi sang panitia tidak melihat itu sebagai
sebuah pelanggaran. Dan skor kita di tes ini masih sama. Kemudian dilanjutkan
tes yang kedua, yaitu tinggi badan, saya dan si kampret ini diukur tinggi
badannya, barangsiapa yang lebih tinggi diantara keduanya, maka dia yang lebih
unggul di tes kedua ini. Kemudian saya dan kampret ini pun menuju tempat
pengukuran, kita berdua berjejer layaknya sepasang pengantin yang sedang
melakukan resepsi dari dokter ( itu resep.. GBLK!! ). Dan tes ini pun dimulai,
saya melihat tinggi dia 51,999999999999999 cm sedangkan saya cumaa 50,00 cm.
mau gak mau dia yang lebih unggul di tes ini. Tapi saya harus tetap tenang,
masih ada tes ketiga dan ini adalah tes yang terakhir. Di tes ini peserta yang
berhasil unggul dari peserta lain langsung keterima sebagai Anggota Damkar. Ya,
tes ketiga adalah praktek langsung. Kedua peserta harus dapat memadamkan
kebakaran yang sedaang terjadi. Dalam tes ini, kebakarannya berasal dari
jenggot panitia. Jadi kita harus beradu cepat untuk memadamkan kebakaran
jenggot panitia. Saya dan si kampret ini sudah disediakan peralatan lengkap.
Ini merupakan kesempatan terakhir bagi saya untuk membuktikan kepada Rakyat
Indonesia bahwa saya pantas untuk menjadi Anggota Damkar.
Akhirnya saya dan si kampret ini pun bersiap siap digaris
yang sudah ditentukan. Dalam hitungan ketiga tes ketiga ini dimulai, satu,
duaaaa, tigaaa, dan kami pun berjuang memadamkan kebakaran jenggot panitia ini.
Setelah setengah hari berjuang, tak kunjung padam juga nih jenggot. Saya curiga
ini api bukan sembarang api, ini adalah api cemburu yang sulit sekali untuk
dipadamkan. Setelah sekitar 24 jam memadamkan, akhirnya apinya padam juga. Dan
jenggot panitia pun berhasih diselamatkan. Namun kita berdua masih menunggu
keputusan panitia siapa yang juara dan menjadi Anggota Damkar. Setelah menunggu
lama, akhirnya panitia memutuskan untuk memberikan juara kepada..
SI KAMPRET…
KAMPRET!! BENER – BENER KAMPRET INI ORANG.. KENAPA BISA DIA
YANG MENANG? JELAS – JELAS YANG BERHASIH MEMADAMKAN ITU JENGGOT ADALAH SAYA..
Saya kecewa dengan putusan ini dan saya pun protes ke
Panitia Penyelenggara, tapi Protes saya tidak digubris sedikitpun, sempat
terlintas di pikiran saya apakah saya harus menggelar Demo? Atau Aksi Damai?
Entahlah, saya rasa itu tidak perlu.
Akhirnya, si Kepala Desa kampret ini berhasil mengalahkan
saya, sekarang ia bisa dengan mudah menghina saya dan yang terpenting dia
sekarang menjadi salah satu Anggota Pemadam Kebakaran. Saya yakin bentar lagi
dia akan menerima penghargaan sebagai Bayi Terpopuler di Ajang SCRadio AWARDS.
Dan saya Cuma menjadi pecundang.
Akhirnya Panitia mengangkat si Kampret ini sebagai anggota
barunya. Si Kampret ini di bopong dan diarak pakai mobil Pemadam Kebakaran.
Tapi seperti ada yang aneh, Mobil Pemadamnya berbeda dengan Mobil Pemadam
Kebakaran yang sering saya lihat di Radio. Di Mobil Pemadam yang ini tertulis “
MOBIL PEMADAM KEBAKARAN JENGGOT “. ANJAYYY!!! Ternyata madamin kebakaran
jenggot toh, untung saya gak kepilih. Pantes saja yang ikut seleksi cuma dua
biji. Ternyata bukan Pemadam Kebakaran yang asli toh. Alhamdulillah… saya
bersyukur banget pokoknya. Saya sudah gak mau mikir pusing tentang jadi apa
saya selanjutnya. Karena semua sudah ada yang ngatur, kita sebagai Ciptaan
Allah seharusnya mengikuti Aturan yang Dibuat-Nya. Kita jalani apa aja yang
ada, begitu ada kesempatan kita gunakanlah sebaik mungkin, dan jangan samapi
lupa untuk bersyukur atas nikmat Dari-Nya. Karena masih banyak diluar sana yang
nasibnya tidak seberuntung kita dan mereka malah bisa dengan mudah untuk tetap
bersyukur.
NGOMONG – NGOMONG UDAH DULU YA? PEGEL NGETIK SEBANYAK INI,
SAMA PEGELNYA KAYAK HARUS BOPONG GUNUNG MERBABU DI PUNDAK…
SUDAH DULU YA? OH, IYA.. INI HANYA CERITA FIKTIF BIN
ABSURD.. JANGAN DIBAWA SERIUS!!!
SALAM DARI BAYI DESA
ANTI-MAINSTREAM!!!