Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Seperti judul yang telah kalian baca, Disini saya akan
membahas kenapa saya menganggap “ KULIAH
ITU GAK PENTING!!! “. Mungkin diantara kalian ada yang masih bertanya –
tanya. Apakah benar kuliah itu gak penting? Apakah benar kuliah itu hanya buang
– buang uang dan waktu? Apakah benar kuliah itu termasuk Bid’ah? Apakah benar
kuliah itu tidak sesuai Budaya Jawi? Apakah benar kuliah itu menyebabkan Global
Warming? STOP!!! sampai di
pertanyaan itu saja ya.. makin ngaco soalnya..
Oke lanjut, Mengapa saya menganggap Kuliah itu gak Penting?
Banyak sekali yang tanya kepada saya, kamu pinter kok kamu gak kuliah sih? Saya
jawab saja dengan bercanda, “Justru orang
pintar mah gak usah kuliah, kan udah pinter? Apalagi yang mau dipelajari..
hayoo..? “. Ya emang gitu, orang pintar mah gak perlu kuliah, karena orang pintar
minumnya TolakBALA.. ( njiirr.. malah ngiklan..) dan kalau ngomong soal
kepinteran nih, bukannya mau sombong. Sejak eSDeh saya selalu peringkat satu
terus, SUMPAH!!! Bahkan saking seringnya
dapet nilai 100, saya pernah jawab asal – asalan cuma pengen dapet nilai nol.
Mungkin bagi orang lain dapet nilai 100 itu membanggakan, tapi bagi saya dapat
nilai 100 itu membosankan. Makanya saya sampai jawab asal – asalan padahal aslinya
emang sudah tahu bahwa jawabannya itu bukan itu. ya hanya untuk menghilangkan
rasa bosan saja sih. Ada rasa kepuasan tersendiri saat saya memperoleh nilai
nol. Dan itu true story, saya gak bohong.
Begitu masuk eSeMPeh, saya agak kalah dengan murid pinter
lainnya. Saya paling baik itu masuk 5 besar. Itupun karena saya nyogok gurunya.
( nggak ya.. ) 3 tahun saya cuma mentok di 5 besar, pernah sekali saya
terlempar ke peringkat ke- 7 dan seketika saya mendapatkan rudal nuklir dari
Emak saya. padahal nomer 7 kan bagus loh, nomernya Cristiano Ronaldo. Tapi Emak
saya tidak menyukainya, ya positif thinking saja, bahwa Emak saya lebih suka
anaknya seperti Gianluigi Buffon yang nomernya punggungnya 1. Setelah kejadian
itu, saya semakin giat belajar. tapi ya susah banget untuk menggeser si
peringkat satu, namanya Ertiana Safitri.
Dia sangat cerdas sekali, saking cerdasnya setiap hari dia baca buku. Setiap
disuruh maju ngerjain tugas dia selalu yang pertama. Dia selalu dapat menjawab
pertanyaan yang sulit yang mungkin saya dan temen – temen saya gak bisa jawab.
Saya mengira dia itu memiliki otak yang ganda, sebab cerdas banget gitu. Saya
sangat ingin mengalahkan kecerdasan dia. Sampai akhirnya saya dapat mengalahkan
dia di Ujian Nasional, awalnya saya gak nyangka saya bisa mendapat peringkat satu
pararel ( satu sekolahan ). Tapi saya sadar, bahwa kerja keras akan selalu
membuahkan hasil. Perlu diketahui bahwa sebelum Ujian Nasional berlangsung,
saya belajar siang dan malam tanpa henti. Saya bisa belajar 3 kali sehari, udah
kayak minum obat sakit panu. Ya karena saya bukan tipe murid yang suka belajar
setiap hari. Saya belajar ketika mau Ulangan, Tes, Ujian, dan satu lagi, Saat
Emak lagi ngerjain tugas Ibu rumah tangga ( biar gak disuruh bantu.. hehehehe..
)
Pada akhirnya belajar saya membuahkan hasil, saya mendapat
Peringkat Terbaik di sekolah. Namun sayangnya saat pengumuman kelulusan saya
gak bisa hadir, dikarenakan saya saat itu sedang bekerja. Memang tak terlintas
dipikiran saya dan orang tua saya bahwa saya akan mendapatkan Peringkat Ke- 1.
Karena itu sangat mustahil, tapi ketahuilah bahwa tidak ada yang mustahil di
Dunia ini. Akhirnya sekolahan saya, yakni SMP Negeri 1 Brati tahu bahwa
Peringkat Satu UN- nya tidak berniat melanjutkan sekolah, maka Sekolah itu mencoba
membujuk saya agar mau melanjutkan lagi sekolah dengan diberi beasiswa gratis. Awalnya
saya nolak – nolak gitu, sok jual mahal tapi pada akhirnya mau juga. Lha wong
gratis kok! Enak kan jadi orang pinter? Hehehe..
Setelah negosiasi yang cukup alot antara saya dan pihak
sekolah akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah lagi di SMK PGRI
Brati. Dengan agak terlambat, saya masuk sekitar sebulan lebih telat dari
peserta didik lain. Namun karena otak saya yang lumayan cerdas, saya mampu
mengejar ketertinggalan itu. dan di eSeMKa pun saya punya saingan berat,
namanya Igul Setianingsih. Dia juga
murid terpandai di SMP- nya dulu. Saya gak ngerti apakah dia kembaran dari Ertiana atau bukan?. Yang jelas, otak
mereka berdua sangat cerdas. Bahkan ibarat mesin motor, mungkin otak mereka
sama dengan motor yang digunakan Valentino Rossi. Sangat cepat sekali bagi
mereka untuk memahami pelajaran. Beda dengan saya, saya paham pelajaran itu
tergantung gurunya. Kalau saya suka dengan gurunya, 99,99 % saya bisa dengan
mudah paham dengan yang beliau sampaikan. begitupula sebaliknya jikalau saya
kurang suka dengan guru itu, saya akan kesulitan untuk mencerna pelajaran yang
beliau berikan. Yang terbayang di pikiran saya, kapan pelajaran dari Pak ….
(anu ) selesai ya? Gorengan di kantin enak kayaknya nih? Itu adek kelas cantik
juga ya? Kenapa kumis Kepala Sekolah makin tebel aja udah kayak karpet mushola
yak? Aneh – aneh pokoknya yang saya pikirkan. Belajarpun menjadi gak
konsentrasi.
Singkat cerita, saya juga bersaing dengan si Igul ini. Kadang dia peringkat satu,
kadang saya. Kejar – kejaran udah kayak maling kepergok warga. Namun ada
peristiwa dimana saya bisa mendapat peringkat satu dengan mudah, yaitu saat
Igul kecelakaan kemudian Meninggal Dunia. Saya sangat sedih kehilangan sahabat
terbaik saya. Tapi mau gimana lagi? Kematian sudah ada yang ngatur. Dan secara
otomatis saya menduduki peringkat satu tanpa perlu bersaing lagi. Sungguh hal
yang kurang mengenakkan, mendapat peringkat satu tanpa bersaing itu Ibarat saya
ikut lomba renang, saya sudah berenang sampai ujung, temen temen yang lain
masih ganti baju di ruang ganti. Kan gak seru? Dan saya mengalami itu selama
sekolah di SMK itu. dan saya dinyatakan Lulus dengan peringkat terbaik di
sekolah untuk kesekian kalinya.
Banyak dari guru – guru yang menyarankan saya untuk
melanjutkan lagi ke bangku kuliah. Namun saya gak tertarik sedikitpun untuk
kuliah. Seperti judul yang diatas tadi, saya menganggap bahwa kuliah itu adalah
hal yang gak penting, Hal yang mubazir uang, mubazir waktu. Mungkin ada yang
keberatan saya bilang seperti itu? karena pada dasarnya orang pintar itu gak
butuh kuliah.
kalian tahu Albert
Einstein? Beliau bahkan pas SMP gak lulus, Tapi beliau menjadi salah satu tokoh
ilmuan Dunia. Beliau memutuskan putus sekolah dikarenakan menurutnya sistem
pendidikan yang beliau pelajari tidak sesuai, makanya beliau memutuskan untuk
keluar dari sekolah. Banyak juga pengusaha ternama yang memutuskan berhenti
kuliah / tidak kuliah karena ingin meniti karirnya, sebagai contoh Pendiri
Facebook, Mark Zuckerberg. Beliau memutuskan keluar dari Universitas karena
ingin mengembangkan Facebook. Dan nyatanya berhasil, dia menjadi salah satu
orang milyarder di Dunia karena facebook. Masih ada juga, Bill Gates, Lord
Gabe, dll.. ( cari di gugel : orang – orang sukses yang tanpa kuliah )
Ah.., itu semua orang luar negeri, emang orang Indonesia ada?
ADA!!! Menteri Kelautan & Perikanan kita, Ibu Susi
Pudjiastuti hanya tamatan SMP. Tapi prestasi beliau di dunia laut sudah tidak
bisa diremehkan lagi. Beliau juga mendapat gelar Doktor dari salah satu
Universitas di Semarang. Bayangkan? Tanpa kuliah pun Ibu Susi bisa
melakukannya.
Lalu muncul banyak pertanyaan di benak kalian,
Jika semua orang
memiliki pemikirannya seperti saya, Indonesia gak akan maju!!!
Lah? Penentu Negara maju apa tidak bukan banyaknya jumlah
mahasiswanya, tapi banyaknya jumlah pengusaha yang bisa meningkatkan pendapatan
ekonomi rakyatnya. Dan menjadi pengusaha gak harus kuliah. Banyak pengusaha
yang latar belakangnya tamatan SD, SMP, SMA/ SMK. Saya pernah lihat berita
lulusan SD asal Indonesia jadi milyader karena ternak sapi. sedangkan banyak
juga lulusan Sarjana yang nganggur. Lebih mulia mana?
Kemampuan kita gak
akan berkembang jika hanya tamatan SMA/ SMK!!!
Kata siapa? Coba lihat berita di televisi, banyak sekali
siswa – siswi SMA/ SMK yang berhasil menciptakan / menemukan sesuatu. Pernah
denger kan ada siswa SMK bikin robot, motor, bensin dari limbah plastik, dll..
mereka itu masih SMA/SMK lho, bukan dari kalangan mahasiswa.
Coba lihat juga berita di televisi, yang sering Demo?
Mahasiswa kan? Iya gak? saya gak pernah dengar berita bahwa siswa SMK Demo
karena ingin harga LKS turun, gak pernah!!! Atau anak SD Demo karena ingin uang sakunya
nambah? Gak pernah!!!
Bagaimana saya
mewujudkan cita – cita saya jika standarnya adalah S1, tanpa kuliah?
Itu memang permasalahan di Pemerintah kita sih, kenapa ada
jenjang profesi tertentu yang mengharuskan Lulusan S1 sebagai syarat utamanya?
Sebagai contoh, Guru, PNS, Perawat, Administrasi, dll..
Kenapa harus lulusan S1? Apa bedanya Lulusan S1 dengan
Lulusan SMA/ SMK? Toh jika diberi pendidikan pelatihan, kualitasnya pun gak
jauh beda? Kenapa kita mau mencapai cita – cita harus S1 dulu? Kenapa gak
diberi Kursus Pelatihan saja? Toh kinerjanya juga sama kan? Contoh, andai Ada Pegawai
Negeri dari lulusan S1 dengan Pegawai Negeri lulusan SMA/ SMK, apakah kelihatan
bedanya gitu? Mungkin dari segi pelayannya terhadap masyarakat beda gitu? Kalau Pegawai lulusan S1 melayani masyarakat
dengan lemah lembut, sedangkan Pegawai lulusan SMA/ SMK melayani dengan loyo,
grusa – grusu, gemeteran. Kan nggak to? Semua tergantung dari individunya.
Karena banyak juga pegawai yang merasa lulusannya tinggi justru kelihatan
songong di hadapan masyarakat. Padahal sudah sepatutnya mereka melayani
masyarakat, bukan cuma untuk pamer atas jabatan yang diemban.
Tanpa kuliah kita gak
bisa memegang bisnis keluarga!!!
BISA!!! Kalau ada kemauan, pasti bisa. Cara memanajemen
sebuah bisnis bukan ditemukan saat kuliah saja, tapi juga bisa ditemukan sehari
– hari. Cara kita menyikapi suatu masalah, cara kita menyikapi bos, cara kita
menemukan jalan keluar, akan lebih mudah kita peroleh jika kita punya
pengalaman. Contoh, pernah bekerja di Perusahaaan A, pernah juga di Perusahaan
B, C dan seterusnya. Jadi memanagemen bisnis tidak melulu harus dari kuliah.
Belajar dari orang yang dirasa tepat juga bisa, bagaimana dia menghadapi
situasi seperti ini? Bagaimana jika ada masalah perusahaan yang seperti ini.
Belajar itu perlu, tapi gak harus kuliah juga kan?
Berarti saya membenci
orang yang kuliah/ Mahasiswa?
TIDAK!!! Saya tidak membenci orang yang kuliah/ Mahasiswa.
Banyak sekali teman saya yang kuliah, teman saya di SMP dulu misalnya, kalau
saya membenci mereka? Habis saya, gak punya teman lagi. Klontang – klantung
sendirian kayak orang gila. Saya menghormati keputusan mereka karena pada
dasarnya pemikiran orang berbeda – beda. Saya juga masih dekat dengan mereka.
Bukan karna dia Mahasiswa dan saya bukan Mahasiswa, lantas saya mengucilkan dia
di lingkungan masyarakat? BUKAN!!! Saya tak punya hak untuk mengatur hidupnya.
Saya tetap berhubungan baik dengan mereka sama halnya kita mengesampingkan
perbedaan Suku, Ras, dan Genre Musik favorit masing – masing.
Lalu Mahasiswa yang
seperti apa yang saya benci?
Yang suka bolos kuliah, yang ngemis – ngemis uang kuliah
sama orang tuanya tapi cuma buat gengsi
- gengsinan, yang maksain kuliah tanpa mikir biaya hidup semakin susah,
yang kuliah karena paksaan orang tuanya, yang suka nongkrong pas jam masuk
kuliah. Yang suka mengkritik Pemerintah tapi tanpa ngasih solusi dan biasanya Demo
berujung anarkis. Apaan coba?
Mungkin saya tidak
kuliah karena saya kurang mampu, apakah jika saya anak orang kaya
saya akan
kuliah?
TIDAK JUGA!! Saya justru akan memaksimalkan potensi diri
saya di bidang usaha / bisnis keluarga daripada kuliah. Belajar terbuka
terhadap lingkungan bisnis dan pasar ekonomi.
Mahasiswa yang
seperti apa yang saya senangi?
Yang rela kerja part-time demi membiayai kuliahnya agar
tidak merepotkan orang tua, yang mendapat beasiswa untuk kuliah dengan belajar
sungguh – sungguh untuk mewujudkan impiannya. Saya mengacungkan dua jempol
untuk semua itu.
Jika tanpa kuliah,
apakah belajar 12 tahun itu juga gak penting?
SALAH!!! Justru mutu pembelajaran selama 12 tahun itu harus
ditingkatkan, kita harus memaksimalkan mungkin potensi siswa agar kelak begitu
lulus, siswa / siswinya sudah langsung siap kerja, siap terjun di bidang usaha,
siap menghadapi persaingan Pasar Dunia. Syukur – syukur sudah memiliki keahlian
khusus untuk modal dia dimasa depan.
Itu semua untuk orang
pinter, orang bodoh perlu kuliah berarti?
GAK JUGA!!! Pinter dan tidaknya seseorang tidak mempengaruhi
perlu atau tidaknya untuk kuliah. Jika dirasa kurang bermanfaat, ya gak usah
kuliah saja. Itu hanya pandangan hidup. Kita sendiri yang menjalaninya juga
bukan?
Saya kelihatanya sok
pinter banget, emang udah menghasilkan apa?
Saya sangat bersyukur diberi otak yang agak encer oleh Allah
SWT. Tapi saya gak pinter – pinter amat, masih banyak yang lebih pinter dengan
saya. IQ saya saja cuma 106. ya, meskipun waktu ngerjain tes IQ cuma jawab asal
sih. Soalnya pas tes IQ soalnya sekian ratus hamper sama semua. Gila!!! Ini
antara tes IQ sama pembuat soalnya males bikin soal beda tipis nih. Saya jawab
yang sekiranya jawabannya seperti yang tadi ya saya jawab lagi. Karena di tes
IQ kita gak boleh nyontek orang lain. Cuma ada aja teman saya yang G*blok sih,
ngerjain tes IQ malah nyontek temennya sebangku. Katanya takut kalau disuruh remidi.
Apaan sih?
Lalu apa yang sudah saya hasilkan? Jujur saya belum
menghasilkan apa – apa sih. Saya belum terjun di dunia usaha. Pengen banget
saya sebenarnya jadi wirausahawan. Namun keberanian saya masih kurang, saya
masih takut kalau usaha saya itu gulung tikar (* emang jualan tikar sih..
hehehe)
Namun ketika dibutuhkan tenaga saya, pemikiran saya dengan
senang hati saya siap kok. Permasalahannya belum ada aja jembatan yang
menghubungkan saya dengan sebuah keberhasilan.
Saya pernah nyoba untuk jadi youtuber, tapi juga susah
ngangkatnya. Saya pernah ikut audisi Stand Up Comedy tapi gak lolos ( ini akan
saya ceritakan kapan – kapan..)
Setidaknya saya sudah berani mencoba, walaupun hasil yang
saya peroleh belum sesuai keinginan.
Dari semua yang saya tulis ini, mungkin banyak anak kuliahan
yang dendam dengan saya. It’s Okay.. I’m Right.. tapi saya cuma ingin
menekankan, kuliah juga tidak selamanya buruk serta orang yang gak kuliah bukan
berarti gak berpendidikan. Itu cuma masalah ideologi saja sih. Jangan dibawa
santai!!! *eh.. serius deng.. :D dan perlu diketahui, Belajar itu tak perduli
dimanapun, dengan siapapun dan kapanpun. Asal kita mau berfikir itulah yang
dinamakan belajar.
Terima kasih sudah mampir, matur nuwun..
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.